Jumat, 27 April 2012

Sebuah Catatan Tentang Kerja Tim


Di sini aku duduk, di mana aku mulai merasa cemas, gundah, dan entah ada satu rasa yang menusuk dan indescribable. Sesekali aku mendongakkan kepalaku, menatap langit-langit, bernafas panjang, dan menahan air mataku meleleh. Memoriku melayang…
                Tahun pertamaku di sekolah menengah terasa lancar. Aku dan kawan-kawanku dibimbing oleh seorang wali kelas yang disiplin dan tahu apa yang harus beliau lakukan. Beliau mencoba member contoh terbaik untuk kami. Disiplin yang utama.
                Tahun kedua, empat temanku pergi. Kami masih bersama wali kelas yang sama. Di sini kami diajari penuh bagaimana mengelola sebuah organisasi, bagaimana bersosialisasi yang benar dan baik. Tahun itu, OSIS didominasi oleh angkatan kami, termasuk aku. Aku sadar, tiap-tiap pengurus OSIS harus paham satu sama lain dan harus kompak. Tapi jujur saja, karena mungkin kekurang sukaanku pada formasi OSIS tahun itu, aku agak sulit dan sering kontra. Tapi di bawah bimbingan baik dari wali kelas kami yang juga Pembina OSIS, kami sebagai OSIS angkatan ketiga, adalah OSIS terbaik dibanding sebelumnya.
                Kubetulkan posisi dudukku. Kembali kuhadapi facebook.
Seorang adik kelasku membahas sebuah pertandingan bola. Aku dan dia berbeda. Dia menjagokan sebuah klub, dan sebut saja klub A dan C, sedangkan aku menjagokan klub B. Di partai semi final, klub B gagal lolos ke final, dan tak bisa mempertahankan gelarnya. Dia langsung men-share status yang pedas. Keesokan harinya, klub C juga gagal lolos ke final. Tapi dia tak menulis apa-apa. Baru beberapa hari kemudian, aku membacanya, dan mengomentarinya dengan emosi. Harusnya seorang supporter tidak rasis, mereka harus respek dan tidak sombong. Di kolom comment, aku member komentar pedas dan penuh emosi. Kujelaskan bahwa klub A sudah dua kali kalah di final Liga Champion di tangan club B. Dan itu suatu limpahan emosiku. Aku tahu itu berlebihan, tapi aku tak bisa membendungnya.
Kualihkan pandanganku. Aku berpikir sejenak, mencerna balasan comment dari adik kelasku itu. Dia menulis tentang strategi… Ya, strategi permainan. Aku sadar. Saat ini juga, sesuatu mendobrak hatiku. Tim akan lebih hebat dengan strategi yang benar, dan loyalitas.
  Sepak bola mengajariku tentang kerja tim yang hebat. Ini mengajariku tentang pentingnya satu detik. Ini mengajariku bagaimana mendapatkan peluang dalam suatu kesulitan. Ini mengajariku agar lebih terbuka dan care pada anggota kelompok yang lain. Ini mengajariku bagaimana harus bersikap dalam suatu persaingan; junjung sportifitas.  
  “Kemenangan sejati adalah yang diawali dengan perjuangan tanpa henti”
Kubetulkan posisi NBku. Sejenak aku berpikir, dan muncullah suatu keinginan besar..
  Aku ingin ‘The Leader’ menjadi sebuah tim yang hebat. Layaknya klub sepak bola yang dengan gigih akan berkerja keras merebut trofi. Walau harus tersungkur, berkeringat, dan menahan emosi dengan sangat, tapi berakhir dengan senyuman puas, pelukan kebahagiaan, dan tetesan air mata haru.
Andai saja aku benar-benar mempelajari sepak bola sejak tahun keduaku di SMP, mungkin aku akan lebih paham tentang OSIS… Aku ingin tetap berorganisasi kelak. Menerapkan ajaran yang pernah kudapat dari teamwork klub sepak bola.
Aku kembali menatap layar NBku. Pukul setengah enam petang. Sejam lagi sebuah keputusan seorang coach dari sebuah klub akan di-pers-kan. Apakah ia akan melanjutkan kariernya di klub itu lagi, atau berhenti sejak ketik berhasilannya membawa klub hebat itu ke final Liga Champion… Aku berharap, semoga coach itu tetap memperpanjang kontraknya.
Ya, seorang pembimbing yang setia, mati-matian, dan sangat loyal memang sangat berperan dalam kesuksesan kelompok. Kepergiannya sungguh menjadi sebuah petaka bagi anggotanya. Tangis dan sedihnya menjadi sebuah teguran bagi anggotanya. Senyumnya adalah motivasi bagi anggotanya. Dan teriakan semangatnya adalah seruan terindah bagi anggotanya.

Sekarang, aku berjanji pada diriku. Akan kutangkap semua hikmah dari sekitarku, dan aku harus menjadi anggota kelompok yang baik, dan jika aku memimpin, aku harus menjadi pemimpin yang adil dan bijak.

BAGAIMANA DENGAN ANDA? SIAPKAH ANDA MEMAHAMI TEAMWORK DAN AKAN SELALU MEMBERIKAN YANG TERBAIK UNTUK TIM ANDA? APAPUN JAWABAN HATI ANDA, ANDA MEMANG HARUS MENJADI ANGGOTA MAUPUN PEMIMPIN YANG BAIK, KARENA ANDA TAK AKAN LEPAS DARI SEBUAH KELOMPOK.

Posted by: Nabila Fiddin

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites